Friday, May 14, 2010

Bukan Tempat Kita




Kutelusuri jalan pulang yang masih terasa hangat, puing-puing mimpi bertaburan. Mengucapkan sepatah kata maaf yang tak bisa kudengar lagi. Sudah terlalu sayup, bahkan untuk ditengarai. Ragu dan rasaku menyatu, entah sekian lama jauh dan terjatuh, masih saja ada ilalang berayun dalam sunyi.

Senja itu kesekian kali, dan dusta yag terbaring mati. Di sisi jalan kau peluk dia, tak menoleh saat nafasku berlalu. Disitu bulan terbelah, dan memancarkan seraut wajah. Bukan kamu lagi, bukan kamu..

Ketika subuhMu membuka. Kau untai persada dalam dekapan cahayaNya. Jauh di ufuk sebuah fajar menjelma. Dan dua mata bertaut membelah luka. Disana terlahir segulir ombak, meneteskan satu per satu cerita. Mereka merangkak sepanjang dentang detik kisahMu. Janganlah kau siakan.

Kuberjumpa pada petang di pinggir malam. Lagi-lagi kucoba tambatkan hati. Pada langitnya yang memerah, pada indahnya senja. Namun senja membawa sedih, mengabarkan bahwa ia tak mungkin kumiliki. Ia berkata bahwa pagi baru saja menitipkan salam, tapi pagi terlambat datang. Dan aku terus mendekap senja, yang menangis di pelukanku. Berkali-kali mengucap maaf, membilang rasa yang takkan pernah datang..

Malam menidurkanku dalam pangkuan ketika senja berpamit. Inikah sang malam yang pernah kurindukan? Begitu agung nyanyiannya. Senandung yang melelapkan jagad raya. Apakah harus pada malam aku bersama? Tapi aku tak sayang, aku tak bisa mencintai malam. Meski dalam dekapnya aku merasa damai, malam bukanlah rasa..

Pagi terlambat datang, senja tak bisa datang, dan malam tak bisa pulang…

Post a Comment

Whatsapp Button works on Mobile Device only

Start typing and press Enter to search