Sampai kau tiba,
aku tak tahu untuk apa kabut melipat bangau-bangau kertas di jendela
Selain mengukir bulan sabit di pias wajahku
Raut mendung yang terus berbalas rindu
Awan selalu menutup biru
Tak bisa kugambarkan dalam imaji
Bahkan nyanyi dan puisi
Tentang hangatnya dunia yang kau sertakan dalam dongeng sebelum tidurku
Ah, andai sayapku belum patah
Mungkin tak melulu ku duduk memangku
Setumpuk janji tanpa alamat
Dan lukisan setengah jadi..
Sebuah genggam...
Dua titik pandang
Bayang jingga terpatri
Dalam dekap sendiri
Namun tak mengapa,
bukankah kau senang bermalam di sini?
Sembari menyulut hangat biar dunia ini tak sunyi
Walau usia berlalu..
Walau windu berganti..
Tak perlu menangis
Jeruji memang tempatku bermimpi.
Kau boleh datang lagi
Kapanpun embun mengundangmu kembali..
aku tak tahu untuk apa kabut melipat bangau-bangau kertas di jendela
Selain mengukir bulan sabit di pias wajahku
Raut mendung yang terus berbalas rindu
Awan selalu menutup biru
Tak bisa kugambarkan dalam imaji
Bahkan nyanyi dan puisi
Tentang hangatnya dunia yang kau sertakan dalam dongeng sebelum tidurku
Ah, andai sayapku belum patah
Mungkin tak melulu ku duduk memangku
Setumpuk janji tanpa alamat
Dan lukisan setengah jadi..
Sebuah genggam...
Dua titik pandang
Bayang jingga terpatri
Dalam dekap sendiri
Namun tak mengapa,
bukankah kau senang bermalam di sini?
Sembari menyulut hangat biar dunia ini tak sunyi
Walau usia berlalu..
Walau windu berganti..
Tak perlu menangis
Jeruji memang tempatku bermimpi.
Kau boleh datang lagi
Kapanpun embun mengundangmu kembali..
Post a Comment