Tuesday, March 1, 2011

Potretmu




Aku tak ingat kapan aku merasa pergi. Sebab setapak ini belum pernah kuziarahi. Namun setelah hadirku, disini kita memulai lagi. Telah pergi serumpun melati dari taman hati, menumbuhkan kuntumnya yang baru di bibir matamu. Menjanjikan cinta pada siapapun yang memetiknya, dan aku hanya sebagai pagar.

Setiap tangkai ilalang yang kau simpan dalam ayunan, membuaiku hingga larut dan tak sadar ketika cinta berjatuhan. Musim gugur telah tiba, akankah bunga berganti juga? lantas apa selain melati yang bisa kau tunjukkan? mawar berduri aku tak suka, anggrek pun tak harum baunya.

Sejenak kudalami konspirasi dalam detak nadi. Akankah terus seperti ini? mungkin aku masih punya jalan di setapak yang lain, atau barangkali memang harus terpenjara disini? cinta memang mematikan.

Kupandang lagi lekat-lekat potretmu yang tak terlihat. Waktu telah menghapusnya tadi malam, tak ingin aku berlarut dalam gelap. Kau minta aku tersenyum pada setiap orang yang lewat? baiklah. Kugariskan senyum ini, sembari merobek potretmu. Kulihat mereka yang dungu memungut serpihannya, mencoba menjadikannya satu demi mendapat keangkuhanmu. Hari ini pun masih biasa saja, termasuk urusan cinta.

Post a Comment

Whatsapp Button works on Mobile Device only

Start typing and press Enter to search