Malam ini, jiwaku terkurung kebenaran. Tiada tempat bagi sejatiku tuk berhembus, menorehkan gelap pada purnama terang. Tak seperti malam-malam lalu di pembaringan, engkau layu menyentuhku. Baktiku yang tak penuh, di bawah langitmu aku terjatuh..
Ah, hendak kemana lagi kuserahkan pada pangkuan. Tiada pintu yang terbuka di balik hujan. Mengapa masih ada yang riang bercengkrama meski di bawah dinginnya kabut? tidakkah mereka merasa gelapnya tiba, sejenak saja mengubur suara?
Mungkinkah aku lupa dengan sayap-sayap yang dulu perkasa, menghujani isyarat tanpa berkata?
Mungkinkah aku lupa dengan lagu sebelum fajar, meski iramanya masih terekam di dada?
dan mungkin juga kita terlupa
ReplyDeletepada satu janji yang telah dilafazkan
kerna tertawannya hati
pada keindahan remaja dunia
padahal hakikatnya ia si nenek tua
nyatanya alam hayalan ini terlalu indah...