Terlukis sebuah bayang yang tak tak pergi walau benderang. Di beranda ini, kusaksikan kehidupan berlalu. Sementara itu, waktu kian meminta usiaku. Hari pun berbisik, lalu berlari. Tak peduli pada kesaksian yang ku ingin kembali. Aku terlanjur jatuh, kepadamu. Seperti camar yang hadir kala senja bertamu, setiap kali di ambang pintu, dalam buai sepi, masa kecilku berlalu.
Dan, saat kaki kecilku mulai bisa berjalan, mengikuti roda yang kau kayuh di sepanjang cemara kelabu, aku mulai menunggu. Kepada salam yang kau persiapkan demi perpisahan panjang, cinta yang kau besarkan takkan hilang walau jauh..
Ada detik yang hilang di petang kemarin, ketika tiba-tiba engkau harus sendiri. Menggiring sepeda tuamu pulang, sementara zaman berganti.
Ada detik yang hilang di petang kemarin, ketika tiba-tiba engkau harus sendiri. Menggiring sepeda tuamu pulang, sementara zaman berganti.
dan manisnya secangkir cintamu
ReplyDeletemasih bisa kumerasakannya
pada bibir kerinduanku
ada namamu menanti diambang pintunya
ucapkanlah andai kau bisa...
aku tidak pernah hadhir dalam hidup mu...