Semakin cepat tarian hidupmu
Tak sanggup kukejar dan kuhentikan
Mungkin memang aku harus tetap tinggal
Menjaga agar mentari bisa kau jemput lagi
Sepeninggalanmu subuh itu
Ada hal yang tak kuasa kulihat
Biar jemariku yang meraba di sepanjang kisah
Dimana kiranya pintu menuju langit
Biar kupapah kembali lilin kecilmu
Kutahu engkau kedinginan
Lalu dalam pengabdianku
Ada yang kau namakan cerita
Ada yang kau kenang sebagai sejarah
Dan aku mendengar meski tak berani berharap
Kau tak meraih lilin di tanganku
Bukan hatiku apalagi jiwaku
Nyawa yang telah kutitipkan pada salju
Kian gundah oleh kehangatan senjamu
Biar saja aku mencari
Tak ada dendam dalam sanubari
Engkau atau siapapun
Aku, bahkan suratanku
Tak sanggup kukejar dan kuhentikan
Mungkin memang aku harus tetap tinggal
Menjaga agar mentari bisa kau jemput lagi
Sepeninggalanmu subuh itu
Ada hal yang tak kuasa kulihat
Biar jemariku yang meraba di sepanjang kisah
Dimana kiranya pintu menuju langit
Biar kupapah kembali lilin kecilmu
Kutahu engkau kedinginan
Lalu dalam pengabdianku
Ada yang kau namakan cerita
Ada yang kau kenang sebagai sejarah
Dan aku mendengar meski tak berani berharap
Kau tak meraih lilin di tanganku
Bukan hatiku apalagi jiwaku
Nyawa yang telah kutitipkan pada salju
Kian gundah oleh kehangatan senjamu
Biar saja aku mencari
Tak ada dendam dalam sanubari
Engkau atau siapapun
Aku, bahkan suratanku
nice poem...walo sempet bikin dahi berkenyit untuk tuntaskan makna yang termaktub
ReplyDelete