Wednesday, October 31, 2012

Shiroi Yami #2



Dari balik jendela, wajah putihnya mendendam. Telah kubangun satu celah untuknya bersuara, ternyata tak melepas hidupku begitu saja. Kubiarkan ia merayap di langit-langit kamar, berteriak tanpa suara. Matanya yang pucat mengingatkanku akan rembulan. Begitu kosong dan redup, namun tanpa pendaran.

Kadang kulihat ia berbaring di sisi jendela. Setangkai kamboja tersemat di jemarinya. Bibirnya bergerak-gerak, senyum bekunya mengisyaratkan malam. Senja menghitam, sehitam rambutnya yang tergerai kaku. Dan seketika aku tergugah. Kegelapan putih ini tak lagi sendiri..

Langit kehilangan birunya, hujan kehilangan cerita. Jatuh tanpa harapan, merasuk tanpa arti. Tak seperti rinai dan igau yang lalu. Senantiasa kudengar dengan air mata di pipi.

Sampai jumpa di suatu masa. Mungkin kita kan bertemu lagi.

Di kegelapan yang berbeda, dalam cahaya yang tak sama...

1 comment:

  1. dua dunia namun satu jiwa, umpama ombak dan pantai, sering merindukan berdua...

    ReplyDelete

Whatsapp Button works on Mobile Device only

Start typing and press Enter to search