Wednesday, October 16, 2013

Jingga Semakin Pergi


Andai ku tahu sebelum tiba, kan kubawa lebih banyak ruang untuk menyimpan senja tiga belas Oktober yang lalu. Jingga yang masih bersuara, seiring drama putih yang kau mainkan ketika kupautkan keterpakuan lalu pada semu di wajahmu.

Ah, andai hujan tak datang hari itu. Mungkin aku masih bersandar dibawah ranting-ranting mendung yang kelabu. Kan kunikmati detik yang tersisa dari perjalanan yang awalnya kuabaikan, sambil sesekali memangkas imaji yang menjalar liar.

"Siapa namamu?" tanyaku pada udara.

Dan kau malah mencoba untuk mencari celah diantara binar mataku.

"Aku harus pergi.." ujarmu lirih kala tak kau temukan ruang itu. Walau tanpa suara, aku mendengarmu.

"Maaf," ucapku sendu. Aku lupa bahwa tak pernah ada tempat untukku disana, apalagi untukmu.

"Ruang-ruang kusam itu tak pernah kau bawa pergi, kan?" tanyamu sebelum kembali kedalam pentas hitam dan melebarkan sepasang sayap kertasmu.

Anggun gerakmu kini menggugurkan gerimis, membasuh letihku setelah janji-janji penuh ingkar. Kutemukan diriku sendiri di tengah riuh desau, tiba-tiba..

"Engkau kemana?" bisikku getir..

"Engkau dimana?"

Dan hujan pun berjatuhan..

Post a Comment

Whatsapp Button works on Mobile Device only

Start typing and press Enter to search