Tuesday, October 15, 2013

Lelaki dan Dinding Putih


Remang ini meliukkan kalimat di sela keterpakuanku. Seperti biasa, tengah malam ini kudengarkan kembali getir hujan yang satu demi satu menapaki genting suramku. Dibawah naungan hitam, sekali lagi, aku bersembunyi.

Ah, ada setitik cahaya rupanya. Dari sudut ruang, atau dari kedua matamu yang menatapku dari cermin?  sepertinya engkau menemukanku menggigil seorang diri.

Kau berikan isyarat padaku untung mengulangi, menorehkan sebait saja puisi pada pucat dinding. Tidakkah engkau mengerti?

Kuharap aku tak harus, sebab di sana bayangku tengah terjaga. Sendiri mengusir kelam yang semakin merangkak menutupi terangku, halaman demi halaman, sejengkal demi sejengkal.

Entah apa yang kau simpan dalam senyum tak pudar. Aku tak ingin bertanya. Sebab gerimis yang tersisa kan menafsirkan getar ini, cepat atau lambat, aku kan meninggalkanmu.

Melepaskan dekap yang telah begitu erat, untuk nafasku, dan demi tuhanku..

Post a Comment

Whatsapp Button works on Mobile Device only

Start typing and press Enter to search