Barangkali, aku akan melupakan petang yang bertandang sesekali
Sebab malam tadi,
Hujan yang tak kunjung kau jawab saban silam
Menggenggam erat butir yang terburai
Sebab malam tadi,
Hujan yang tak kunjung kau jawab saban silam
Menggenggam erat butir yang terburai
Seolah aku hanya serpih puisi
Tersangkut di ranting-ranting mati
Tak sanggup meminta kembali
Tersangkut di ranting-ranting mati
Tak sanggup meminta kembali
Apalagi menatapmu, binar indah yang senantiasa membuatku tergugah
Aku takkan bertanya pada hijau yang terserak rapi
Sisa tidurmu, selama badai menebas nyawa
Yang katamu mampu membiaskan betapa indahnya surga disana
Sisa tidurmu, selama badai menebas nyawa
Yang katamu mampu membiaskan betapa indahnya surga disana
Agaknya hening malam ini kan mengundang kembali
Dongeng-dongeng mati
Dan aku tak punya pilihan
Selain bernafas dalam detak yang kubenci
Dongeng-dongeng mati
Dan aku tak punya pilihan
Selain bernafas dalam detak yang kubenci
Andai detik ini aku memohon ampun
Akankah dunia berhenti
Dan membiarkanku menjadi penonton abadi
Yang diam-diam mengagumi serpih-serpih mati?
Akankah dunia berhenti
Dan membiarkanku menjadi penonton abadi
Yang diam-diam mengagumi serpih-serpih mati?
Post a Comment