Ada yang berkata padaku
Tentang senja yang kau lukis kemarin
Hingga warna yang merata pada setiap kalimat
Katamu kan jatuh dalam beningnya
Benam seluruh raga, kala itu
Diam tak berkata
Bagai malam-malam nan dingin di musim kemudian
Menanti yang takkan datang
Ada gelombang yang menawarkan bahagia di setiap pucuk pagi
Namun bahkan mentari tak mampu menembus kabut
Yang mengurung erat tubuh kecilmu
Meredam luas, menahan gelap agar tak datang
Gema suara yang hidup kian terngiang
Menguji resahmu, ikhlasmu semalaman
Di sisian kau ayun deru udara
Menuju dunia dalam bingkai, tepat ketika jemarinya menggenggam erat nasibmu
Mengapa tak jua jantung ini menghentikan kisah
yang tak ingin kau dengar
Cukup sudah titik yang mengakhiri
Tak perlu ada paragraf lain
Yang mengatasnamakan dirinya
Cukup sudah kata perpisahan terdengar sepintas
Tak perlu kau jelaskan
Sebab karam kulihat nyata
Merenggutmu, damai di sisiNya
Engkau adalah kenangan kini, gugur dari ranting ranting mimpi, pada cangkir hidupku yang semakin kontang tidak berisi impi lagi,
ReplyDeleteDan pada setiap hembus nafas, pada tiap dinginnya pagi yang sering terganti malam, telah ku bingkaikan tentangmu,tergantung pada dinding hati, lalu sepi tak pernah berlalu, sering bertandang pada beranda kehidupanku kini.
Meski jalan didepanku telah tesergam rumah yang telah lengkap isinya, hanta tinggal untuk ku masuki dan kujaga, tapi tetap tak kan mampu sama, pada ladang impi kita yang kini terbiar kering.
Engkau adalah masa laluku yang tak mampu kubuang jauh, dan aku adalah penemanmu hingga hari terakhir tiba.
Engkau adalah kenangan kini, gugur dari ranting ranting mimpi, pada cangkir hidupku yang semakin kontang tidak berisi impi lagi,
ReplyDeleteDan pada setiap hembus nafas, pada tiap dinginnya pagi yang sering terganti malam, telah ku bingkaikan tentangmu,tergantung pada dinding hati, lalu sepi tak pernah berlalu, sering bertandang pada beranda kehidupanku kini.
Meski jalan didepanku telah tesergam rumah yang telah lengkap isinya, hanta tinggal untuk ku masuki dan kujaga, tapi tetap tak kan mampu sama, pada ladang impi kita yang kini terbiar kering.
Engkau adalah masa laluku yang tak mampu kubuang jauh, dan aku adalah penemanmu hingga hari terakhir tiba.