Sekalipun langkah hujan jauh tertinggal di belakang
Aku masih saja kebasahan
Kukira suara akan semakin sayup
Sebab rumahku sementara, kini kubangun di tengah ladang cahaya
Yang setiap purnama merajai angkasa
Pendar embunnya kan menyiram seluruh raga
Namun derap cerita, sejarah silam yang kusangka kini berbaring dalam pusara
Masihlah bagian dari darah anakmu, ibunda
Aku kian dewasa, detakku mendengar resahmu disana
Pun kenangan yang hanya bisa kuraba dalam potret tua
Di sudut mata
Barangkali ada yang salah
Dari senandung yang kumakamkan dalam setiap pintu yang hanya sekali saja kubuka
Disana lelapku terbakar tanpa sisa
Lalu tiba-tiba, jatuh ku berderai tawa
Post a Comment